Rabu, 21 Desember 2011

Jangan Terlena Investment Grade, Penduduk Miskin RI Masih Jutaan

Jakarta - Naiknya rating Indonesia ke investment grade perlu mendapat acungan jempol dan dihargai karena merupakan prestasi yang bersejarah. Hal tersebut menjadi pengakuan terhadap manajemen dan stabilitas makro Indonesia di kancah dunia.

Namun apalah arti investment grade bagi penduduk miskin seperti pemulung, gembel, dan anak jalanan? Apa mereka mengerti hal tersebut?

Pemerintah dinilai tidak boleh terlena akibat pertumbuhan ekonomi yang melejit, kenaikan rating ke investment grade dan rendahnya defisit APBN.

"Kita jangan terlena karenanya. Karena di depan mata kita jumlah penduduk miskin masih puluhan juta," ungkap Ekonom Dradjad Wibowo ketika berbincang dengan detikFinance di Jakarta, Kamis (22/12/2011).

"Jika dianalisis secara obyektif ilmiah, penurunan tingkat kemiskinan kita sebenarnya masih artifisial dan masih adhoc , belum bersifat struktural yang inherent di dalam perekonomian masyarakat," imbuhnya.

Kenapa artifisial? Dradjad menjelaskan pertama, garis kemiskinan yang dipakai Badan Pusat Statistik (BPS) itu berdasarkan kebutuhan fisik yang sangat minimal.

Artinya, di bawah garis kemiskinan tersebut merupakan penghasilan yang tidak layak bagi kemanusiaan.

"Bener-bener super kere kalau bahasa gaulnya. Garis kemiskinan dari BPS kalau dikurs ke dolar AS, dari tahun ke tahun cenderung di bawah US$ 1 per kapita per hari. Bervariasi di atas US$ 90 sen, tergantung lokasi, waktu, inflasi dan kurs," jelasnya.
Padahal US$ 1 itu sebenarnya garis kemiskinan absolut yang dipakai sebagai standar internasional. Standar garis kemiskinan yang lebih umum adalah US$ 2 per kapita per hari.

"Dengan garis kemiskinan yang super-super kere itu saja, kata BPS ada sekitar 31 juta penduduk miskin. Apalagi dipakai garis kemiskinan yang normal. Jadi metode BPS membuat statistik penduduk miskin jauh di bawah realitas kalau memakai standar internasional dari Bank Dunia," tutur Dradjad.

Oleh karena ditu, Dradjad mengatakan, negara perlu menciptakan kesempatan ekonomi yang lebih merata bagi masyarakat. Karena kemiskinan cenderung menghasilkan generasi baru kemiskinan jika tidak diputus siklusnya.

"Ini tantangan setelah kita mendapatkan investment grade. Membuat investment grade itu dirasakan rakyat banyak, itulah tantangan sekarang ini. Sentra-sentra produksi rakyat perlu diperbanyak dan diberi fasilitas. Intinya, berikan rakyat kailnya, jangan ikannya," tegas politisi PAN ini.

Dihubungi secara terpisah, Anggota Komisi XI Arif Budimanta menyampaikan investment grade tidak akan punya arti, apabila hanya menjadi tumpukan utang negara yang menjadi beban bagi generasi masa depan.
"Invesment grade akan punya arti apabila ada proses transformasi kesejahteraan dan keadilan sosial ekonomi bagi rakyat," katanya.

Menurut Arif, jangan sampai raihan investment grade yang saat ini telah tercapai justru dengan cara menjauhkan akses rakyat miskin untuk mencapai kesejahteraan.

"Jangan berpikir makro saja. Realisasi pengurangan penduduk miskin itu perlu. Jangan nantinya investment grade hanya menjadi tumpukan utang negara yang menjadi beban bagi generasi masa depan," tutup Politisi PDIP ini.

SUMBER : detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar