Jumat, 11 Januari 2013

Tugas 5 Etika Profesi Akuntansi

Pengujian Budaya Etis Organisasi Berpengaruh Positif Terhadap
Idealisme.
           
Pengaruh budaya etis organisasi terhadap idealisme sebesar 0,603 (berhubungan
positif) . Kondisi ini membuktikan bahwa budaya etis organisasi berpengaruh terhadap idealisme. Hasil penelitian ini berhasil mendukung penelitian sebelumnya (Douglas  et al. 2001; Forte, 2004), yang menyatakan bahwa budaya etis organisasi berpengaruh postif terhadap idealisme. Penelitian yang dilakukan oleh Sims (1992) juga menyatakan bahwa budaya etis organisasi melakukan perubahan atas  nilai personal sesorang dalam organisasi. Hasil ini sesuai dengan postulat yang dikemukakan oleh Hunt dan Vitell (1986) dan Trevino (1986) bahwa budaya etis organisasi berpengaruh terhadap perilaku etis.
Kondisi ini membuktikan bahwa budaya etis organisasi berhubungan
positif dengan idealisme. Budaya  etis organisasi pun turut menjadi faktor yang mempengaruhi etika individu, sebab dengan semakin seringnya pimpinan dan aparatur  Bawasda melakukan aktivitas etis bahkan, maka  akan meningkatkan konsistensi perilaku pada standar nilai (idealisme).  

  • Pengujian Budaya Etis Organisasi Berpengaruh Negatif Terhadap Relativisme
     
penelitian ini tidak berhasil dibuktikan, diduga karena kurangnya pelatihan standar etika pemeriksaan bagi aparatur. Pelatihan-pelatihan yang ada hanya diikuti oleh pimpinan tertentu dan hasilnya kurang disosialisasikan kepada aparatur dibawahnya, sehingga hasil yang diperoleh pimpinan tidak dapat diketahui oleh aparatur dibawahnya.  sebagian besar pelatihan yang ada diikuti oleh pimpinan (Kabid, Kasubbid) sebesar 88,09%, staf sebesar 11, 91%.  
Dalam teori etika responden cenderung bersifat teleologi (perhatian, fokus                                                                                                                      perilaku dan tindakan manusia lebih pada bagaimana mencapai tujuan dengan sebaikbaiknya), seperti yang dikemukakan oleh Satrio (2003) bahwa kinerja Bawasda dinilai masih ABS (Asal Bapak Senang). Diilihat dari segi teori Kohlberg aparatur Bawasda masih pada level  conventional (seseorang mulai menerima nilai dengan sedikit kritis, berdasarkan relationship) seperti yang dikemukakan oleh Satrio (2003) bahwa kinerja aparatur Bawasda kurang independen, yang disebabkam kedudukan Bawasda dibawah pimpinan daerah. Dengan demikian penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya (Sims, 1992), maupun postulat Hunt dan Vitell (1986) dan Trevino (1986), akan tetapi mendukung penelitian yang dilakukan oleh Douglas  et al, (2001) yang menyatakan bahwa budaya etis organisasi tidak mempengaruhi relativisme.

  • Pengujian Idealisme Berpengaruh Positif  Terhadap Sensitivitas Etika

Kondisi ini membuktikan bahwa idealisme berhubungan positif dengan sensitivitas etika, akan tetapi hasil tidak signifikan,  hal ini disebabkan responden menganggap hal yang tidak etis adalah ketika merugikan orang lain. Dimungkinkan adanya perbedaan tentang persepsi etika yang diyakini oleh responden yang lebih cenderung bersifat teleologi yaitu perhatian dan fokus perilaku dan tindakan manusia lebih pada bagaimanamencapai tujuan dengan sebaik-baiknya, dengan kurang memperhatikan apakah cara, teknik, ataupun prosedur yang dilakukan benar atau salah (Syafruddin, 2005). Pada tahap perkembangan moral responden dianggap masih pada level conventional yaitu seseorang sudah memperhatikan aturan-aturan sosial dan kebutuhan-kebutuhan atas dasar relationship. Skenario yang dibuat tentang; kegagalan dalam pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan, penggunaan jam kantor untuk kepentingan pribadi dan subordinasi                                                                                                                        
judgment dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip akuntansi,  tidak dianggap merugikan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Shaub et al, (1993).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar