Pengujian Budaya Etis Organisasi
Berpengaruh Positif Terhadap
Idealisme.
Pengaruh budaya etis organisasi terhadap
idealisme sebesar 0,603 (berhubungan
positif) . Kondisi ini membuktikan bahwa budaya etis
organisasi berpengaruh terhadap idealisme. Hasil penelitian ini berhasil
mendukung penelitian sebelumnya (Douglas
et al. 2001; Forte, 2004), yang menyatakan bahwa budaya etis organisasi
berpengaruh postif terhadap idealisme. Penelitian yang dilakukan oleh Sims (1992)
juga menyatakan bahwa budaya etis organisasi melakukan perubahan atas nilai personal sesorang dalam organisasi. Hasil
ini sesuai dengan postulat yang dikemukakan oleh Hunt dan Vitell (1986) dan Trevino
(1986) bahwa budaya etis organisasi berpengaruh terhadap perilaku etis.
Kondisi ini membuktikan bahwa budaya etis organisasi
berhubungan
positif dengan idealisme. Budaya etis organisasi pun turut menjadi faktor yang
mempengaruhi etika individu, sebab dengan semakin seringnya pimpinan dan
aparatur Bawasda melakukan aktivitas
etis bahkan, maka akan meningkatkan
konsistensi perilaku pada standar nilai (idealisme).
- Pengujian Budaya Etis Organisasi Berpengaruh Negatif Terhadap Relativisme
penelitian ini tidak
berhasil dibuktikan, diduga karena kurangnya pelatihan standar etika
pemeriksaan bagi aparatur. Pelatihan-pelatihan yang ada hanya diikuti oleh
pimpinan tertentu dan hasilnya kurang disosialisasikan kepada aparatur dibawahnya,
sehingga hasil yang diperoleh pimpinan tidak dapat diketahui oleh aparatur dibawahnya.
sebagian besar pelatihan yang ada
diikuti oleh pimpinan (Kabid, Kasubbid) sebesar 88,09%, staf sebesar 11, 91%.
Dalam teori
etika responden
cenderung bersifat teleologi (perhatian,
fokus
perilaku
dan
tindakan manusia lebih pada bagaimana mencapai tujuan dengan
sebaikbaiknya),
seperti yang dikemukakan oleh Satrio (2003) bahwa kinerja Bawasda
dinilai masih
ABS (Asal Bapak Senang). Diilihat dari segi teori Kohlberg aparatur
Bawasda masih
pada level conventional (seseorang mulai
menerima nilai dengan sedikit kritis, berdasarkan relationship) seperti
yang
dikemukakan oleh Satrio (2003) bahwa kinerja aparatur Bawasda kurang
independen,
yang disebabkam kedudukan Bawasda dibawah pimpinan daerah. Dengan
demikian
penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumnya (Sims, 1992),
maupun
postulat Hunt dan Vitell (1986) dan Trevino (1986), akan tetapi
mendukung
penelitian yang dilakukan oleh Douglas
et al, (2001) yang menyatakan bahwa budaya etis organisasi tidak
mempengaruhi relativisme.
- Pengujian Idealisme Berpengaruh Positif Terhadap Sensitivitas Etika
Kondisi ini
membuktikan
bahwa idealisme berhubungan positif dengan sensitivitas etika, akan
tetapi
hasil tidak signifikan, hal ini
disebabkan responden menganggap hal yang tidak etis adalah ketika
merugikan orang
lain. Dimungkinkan adanya perbedaan tentang persepsi etika yang diyakini
oleh responden
yang lebih cenderung bersifat teleologi yaitu perhatian dan fokus
perilaku dan
tindakan manusia lebih pada bagaimanamencapai tujuan dengan
sebaik-baiknya, dengan
kurang memperhatikan apakah cara, teknik, ataupun prosedur yang
dilakukan benar
atau salah (Syafruddin, 2005). Pada tahap perkembangan moral responden
dianggap
masih pada level conventional yaitu seseorang sudah memperhatikan
aturan-aturan
sosial dan kebutuhan-kebutuhan atas dasar relationship. Skenario yang
dibuat
tentang; kegagalan dalam pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan,
penggunaan
jam kantor untuk kepentingan pribadi dan
subordinasi
judgment dalam hubungannya
dengan prinsip-prinsip akuntansi, tidak
dianggap merugikan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Shaub et al, (1993).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar